Banjir Bandang Terjang Sumatera Utara, Ribuan Warga Mengungsi: “Air Naik dalam Hitungan Menit”
Banjir bandang dan longsor di Sumut memaksa ribuan warga mengungsi. Korban bertambah, akses terputus. Evakuasi dan bantuan masih terus dilakukan.
TRENDING NEWS


Dok. Istimewa
Sumatera Utara, Fasamedia — Hujan deras tanpa jeda selama beberapa hari memicu banjir bandang dan tanah longsor di berbagai wilayah Sumatera Utara sejak 24–27 November 2025. Gelombang air yang datang tiba-tiba menerjang pemukiman warga, merusak jembatan, serta memutus akses jalan antar-desa. Warga menyebut ketinggian air naik sangat cepat.
“Air datang dalam hitungan menit. Kami tidak sempat menyelamatkan apa pun kecuali pakaian di badan,” ujar Sari (38), warga Humbang Hasundutan, yang saat ini mengungsi bersama anaknya di posko darurat desa.
Wilayah Paling Terdampak
Laporan lapangan menunjukkan banjir besar dan longsor terjadi di Tapanuli Tengah, Tapanuli Selatan, Humbang Hasundutan, Sibolga, Tapanuli Utara, Asahan, Nias Selatan, Binjai, Medan, hingga Deli Serdang. Di sejumlah titik, debit sungai meluap, menyeret kendaraan, bahkan menelan rumah-rumah di bantaran sungai.
Di Tapanuli Tengah, air bercampur material lumpur menabrak desa-desa di lereng. Sementara di Humbang Hasundutan, jalur transportasi utama terputus setelah jembatan penghubung rusak terseret arus. “Kami masih melakukan pendataan dan membuka akses menuju dusun yang terisolasi,” jelas seorang petugas BPBD setempat.
Korban & Kerusakan Terus Bertambah
Hingga laporan terakhir, puluhan warga dinyatakan meninggal dan beberapa masih hilang. Ribuan rumah terdampak dan ribuan warga terpaksa mengungsi. Banyak warga kehilangan harta benda karena arus banjir bandang menghantam tanpa peringatan.
Petugas SAR, relawan, dan aparat TNI–Polri dikerahkan ke titik-titik rawan. “Fokus pertama kami adalah evakuasi korban dan pencarian warga yang dilaporkan hilang,” kata seorang anggota tim SAR yang terlibat operasi penyelamatan.
Penyebab: Hujan Ekstrem & Kerusakan Lingkungan
Anomali cuaca menjadi penyebab utama. Hujan dengan intensitas ekstrem membuat tanah di lereng gunung tidak mampu menahan tekanan air. Organisasi lingkungan juga memperingatkan faktor tambahan. “Kerusakan tutupan hutan dan perubahan fungsi lahan memperparah daya tampung alam. Air tak lagi punya tempat untuk meresap,” ujar seorang aktivis lokal.
Longsor di beberapa titik semakin memperburuk kondisi. Material lumpur dari lereng turun deras menyapu rumah, lahan pertanian, dan fasilitas umum.
Respons Darurat Pemerintah
BNPB, BPBD, dan aparat daerah membangun posko darurat. Distribusi bantuan logistik mulai dilakukan, termasuk makanan, air bersih, obat-obatan, tenda, hingga selimut. Polri dan TNI menurunkan ratusan personel untuk penyelamatan, pengawalan distribusi, serta pembukaan akses jalan.
“Saat ini kami prioritaskan distribusi logistik ke daerah yang terisolasi serta kebutuhan kesehatan untuk pengungsi,” ungkap seorang pejabat Polda Sumut.
Penulis: Permadani T.
Editor: Permadani T.
