Danyang Wingit Jumat Kliwon: Horor Lokal yang Menyatukan Tradisi, Ambisi, dan Perlawanan

Ritual terlarang, malam Jumat Kliwon, dan perjuangan melawan kuasa kelam. Horor baru yang berakar dari tradisi Jawa siap mengguncang layar lebar.

FILM

Redaksi Fasamedia

10/23/20251 min read

Jakarta, Fasamedia — Khanza Film Entertainment kembali menghidupkan kekayaan budaya lokal lewat film horor terbaru berjudul “Danyang Wingit Jumat Kliwon”. Film ini menyelami dunia pedalangan Jawa yang penuh simbol dan spiritualitas, namun kali ini dengan sentuhan okultisme yang gelap dan menegangkan.

Disutradarai dan diproduseri oleh Agus Riyanto, dengan naskah oleh Dirmawan Hatta, film ini mengajak penonton masuk ke dunia di mana seni, mistisisme, dan keserakahan manusia bertemu dalam satu takdir mengerikan.

Dalang, Danyang, dan Dosa Keabadian

Tokoh utama, Ki Mangun Suroto (Whani Darmawan), adalah dalang legendaris yang haus akan kekuasaan dan keabadian. Demi ambisinya, ia mempraktikkan ilmu terlarang dan memanfaatkan padepokan wayangnya sebagai tempat ritual.

Ketika Citra (Celine Evangelista) direkrut sebagai sinden baru, ia tak menyadari bahwa dirinya telah dipilih menjadi tumbal terakhir untuk ritual berdarah itu. Di sisi lain, Bara (Fajar Nugra) mulai menyadari keanehan yang mengelilingi padepokan dan berusaha menyelamatkan Citra dari nasib tragis.

Ketegangan yang Meninggi di Malam Keramat

Malam Jumat Kliwon menjadi latar utama bagi puncak kisah — sebuah malam di mana batas antara dunia manusia dan roh menjadi tipis. Gerhana Bulan Merah menandai saat ritual akan digelar, dan hanya keberanian yang bisa menghentikan kekuatan kelam itu.

“Horor yang kami hadirkan bukan sekadar menakuti, tapi juga menghidupkan warisan spiritual Jawa,” ungkap Agus Riyanto.

Drama Psikologis di Balik Mistisisme

Film ini bukan hanya kisah teror supranatural, melainkan juga drama psikologis yang menggali harga dari sebuah ambisi. Konflik batin, pengorbanan, dan keputusasaan menjadi benang merah dari setiap karakter.

Kekuatan film ini terletak pada atmosfernya yang autentik. Musik gamelan, aroma dupa, dan cahaya remang di balik kelir wayang menciptakan dunia yang mistis sekaligus menakutkan.

Pemeran dan Produksi yang Solid

Selain Whani Darmawan dan Celine Evangelista, jajaran pemain lainnya seperti Djenar Maesa Ayu, Nathalie Holscher, dan Dimas Tedjo turut memperkuat narasi. Sinematografi yang artistik dan efek visual minimalis justru mempertegas kesan mencekam ala horor klasik.

Film ini menjadi bukti bahwa kekayaan budaya Indonesia masih bisa diolah menjadi tontonan yang segar, mendalam, dan relevan di era modern.

Kontributor: Sarah Limbeng

Editor: Permadani T.