Didik Nini Thowok Hadirkan Aura Mistis di Film Perempuan Pembawa Sial

Jakarta, Fasamedia — Maestro tari legendaris Indonesia, Didik Nini Thowok, kembali mencuri perhatian publik. Kali ini bukan lewat panggung seni, melainkan layar lebar dalam film horor terbaru karya Fajar Nugros berjudul Perempuan Pembawa Sial. Kehadirannya bukan sekadar cameo, tetapi menjadi elemen penting yang memperkuat nuansa mistis film ini.

Sejak awal karier, Didik dikenal sebagai pelestari tari tradisional Jawa, khususnya tari Lengger dengan ciri khas menari menggunakan dua wajah (double mask). Tak hanya itu, ia juga bereksperimen menembus batas gender dalam pertunjukan, kerap membawakan karakter perempuan dengan anggun namun sarat ambiguitas.

“Didik Nini Thowok adalah seniman yang mampu menghadirkan pengalaman artistik unik sekaligus mistis,” tulis keterangan resmi IDN Pictures.

Selain sebagai penari, aura Didik kerap dikaitkan dengan spiritualitas Jawa. Dari kostum, musik, hingga gerakan, setiap penampilannya meninggalkan kesan magis. Hal inilah yang membuat sosoknya sangat cocok hadir di film horor.

Dalam film yang mengangkat mitos Bahu Laweyan ini, Didik memerankan Mbah Warso, seorang dukun manten yang berperan penting dalam kehidupan Mirah (diperankan oleh Raihaanun). Karakter Mbah Warso menghadirkan nuansa horor yang menyatu dengan kisah masa lalu penuh misteri, karma, dan legenda Jawa.

“Dengan kehadiran Didik Nini Thowok, Perempuan Pembawa Sial bukan hanya film horor, tapi juga perayaan seni dan budaya Indonesia,” jelas pihak produksi.

Perjalanan panjang Didik di dunia seni membawanya belajar pada maestro tari dari berbagai daerah dan negara, mulai dari tari Bali, Tari Topeng Cirebon, Tari Klasik Sunda, hingga tari Noh di Jepang dan Flamenco di Spanyol. Dedikasi itu menjadikannya seniman yang dihormati, baik di dalam maupun luar negeri.

Film Perempuan Pembawa Sial garapan IDN Pictures dijadwalkan tayang di seluruh bioskop Indonesia mulai 18 September 2025. Dengan sentuhan khas Didik Nini Thowok, film ini diprediksi menghadirkan pengalaman horor berbeda, yang tidak hanya menakutkan tetapi juga sarat nilai budaya.

Kontributor: Sarah Limbeng | Editor: Permadani T.