JAFF20 “Transfiguration”: Dua Dekade Selebrasi Transformasi Sinema Asia
JAFF20 merayakan 20 tahun perjalanan sinema Asia dengan tema “Transfiguration”—hadir elegan, reflektif, dan penuh selebrasi.
EVENT


Jogja, Fasamedia — Memasuki dua dekade perjalanan, Jogja-NETPAC Asian Film Festival (JAFF) kembali hadir dengan kehangatan, refleksi, dan semangat baru. Tahun 2025 menghadirkan momen istimewa bagi festival film Asia terbesar di Indonesia ini. Mengusung tema “Transfiguration”, JAFF20 bukan sekadar festival film, tetapi juga ruang untuk merayakan perjalanan, memaknai perubahan, dan menatap masa depan sinema Asia dengan lebih berani.
Festival ini akan berlangsung pada 29 November–6 Desember 2025 di Yogyakarta—kota yang selalu memberi ruang bagi seni, budaya, dan percakapan lintas perspektif.
Makna “Transfiguration”: Selebrasi Transformasi Sinema Asia
Tema “Transfiguration” mencerminkan perjalanan penuh transformasi, baik bagi JAFF maupun industri film Asia. Dua puluh tahun bukan waktu yang singkat. Dalam dua dekade ini, banyak perubahan terjadi: munculnya talenta baru, karya-karya yang mengguncang festival internasional, hingga perkembangan industri yang semakin inklusif.
Direktur JAFF, Ifa Isfansyah, menegaskan peran tema ini sebagai simbol transformasi.
“Semangat Transfiguration menjadi simbol perayaan dua puluh tahun JAFF dalam transformasi sinema kita yang cemerlang di tengah sinema Asia yang terus bergerak dinamis,” ujarnya.
Selebrasi Dua Dekade: Nostalgia yang Penuh Arti
Ada yang manis pada pemilihan film pembuka tahun ini. “Opera Jawa” karya Garin Nugroho kembali hadir ke layar JAFF—film yang dulu membuka JAFF pertama pada 2006, kini kembali diputar dalam format seluloid 35mm. Sebuah simbol perjalanan yang berputar elegan, kembali ke akar, namun dengan perspektif baru.
Sebagai penutup, JAFF menghadirkan Suka Duka Tawa karya Aco Tenriyagelli. Ada rasa syukur, bangga, dan haru yang menyelesaikan siklus dua dekade ini.
Program Spesial: Dimensi Baru dalam Pengalaman Menonton
JAFF20 menghadirkan berbagai program yang menyentuh sisi emosional dan intelektual penonton, termasuk highlight berikut:
- Cinematic Concert
Salah satu program paling dinantikan, menghadirkan White Shoes and The Couples Company dalam sebuah kolaborasi musik dan sinema yang hangat dan nostalgik.
- Rewind
Mempersembahkan film-film klasik Asia dan Indonesia dalam format restorasi. Tahun ini, JAFF menghadirkan Yi Yi: A One and A Two, Battle Royale, serta Asrama Dara—yang menjadi nostalgia sekaligus pengalaman sinema yang berharga untuk generasi masa kini.
- Masterclass bersama Ann Hui
Sutradara perempuan ikonik dalam sinema Asia, Ann Hui, akan berbagi pemikiran dan pengalaman kreatif dalam sesi spesial yang intimate dan inspiratif.
Sinema Asia: Bergerak, Bertumbuh, dan Mendunia
Sinema Asia mengalami perkembangan signifikan dalam beberapa tahun terakhir. Film-film Asia bukan hanya hadir di festival internasional, tetapi juga memenangkan penghargaan bergengsi.
Keindahan sinema Asia terletak pada keberagaman perspektifnya—kisah personal, isu sosial, budaya, identitas, dan perjalanan emosional yang terasa dekat di hati penonton. JAFF menjadi ruang untuk merayakan keberagaman itu.
Direktur Program JAFF, Alexander Matius, menyampaikan bahwa program selalu berkembang mengikuti dinamika sinema.
“Setiap tahunnya kami terus mencoba merespon dinamika dan perkembangan sinema melalui program-program baru,” ungkapnya.
JAFF Market: Ruang Tumbuh untuk Industri Film Indonesia
Perayaan dua dekade juga ditandai dengan hadirnya kembali JAFF Market, yang digelar pada 29 November–1 Desember 2025 di JEC. JAFF Market menghadirkan enam program seperti JAFF Future Project, Content Market, Talent Day, Film & Market Conference, Market Screening, hingga Film Lab.
Tujuannya jelas: membuka kesempatan bagi filmmaker, produser, dan pelaku film Indonesia untuk terkoneksi dengan jaringan internasional. JAFF bukan hanya merayakan film—ia menghidupkan ekosistemnya.
Tentang Pulang, Perjalanan, dan Pertumbuhan
JAFF20 adalah undangan untuk merayakan perjalanan panjang. Tentang bagaimana sinema tumbuh, berubah, dan mentransfigurasi mereka yang menciptakannya dan menikmatinya.
Sinema, pada akhirnya, adalah cara kita mengenal diri. Dan JAFF, selama dua puluh tahun ini, menjadi ruang pulang bagi para pencintanya.
Kontributor: Sarah Limbeng
Editor: Permadani T.
