Kristo Immanuel Berjaya: “Tinggal Meninggal” Raih 5 Penghargaan di JAFF 2025
Kemenangan besar di JAFF 2025 menjadikan “Tinggal Meninggal” sebagai film komedi getir yang mencuri perhatian berkat kisahnya yang jujur dan manusiawi.
EVENTFILM


Fasamedia — Film “Tinggal Meninggal” membuktikan bahwa cerita yang berani, apa adanya, dan penuh keanehan dapat meninggalkan jejak kuat di dunia sinema. Pada JAFF 2025, film debut Kristo Immanuel itu berhasil membawa pulang lima penghargaan sekaligus, menjadikannya salah satu film paling banyak dibicarakan tahun ini .
Pencapaian Besar untuk Imajinari
Kemenangan dalam kategori Best Film, Best Director, Best Screenplay, Best Performance, dan Best Editing menandai reputasi Imajinari sebagai rumah produksi yang konsisten melahirkan karya kreatif berbasis cerita yang kuat. Penghargaan ini juga mempertegas posisi Kristo Immanuel sebagai sutradara baru yang patut diperhitungkan .
Pidato Omara Esteghlal yang Menghangatkan Hati
Ketika menerima Best Performance, Omara memberi pesan yang menggambarkan ruh film ini. Ia berkata, “Aku harap kita semua bisa memberi sorotan lebih banyak untuk karakter-karakter yang canggung...” Pidato ini menunjukkan bahwa karakter Gema bukan sekadar tokoh film, tetapi representasi orang-orang yang sering merasa tidak pas dengan lingkungannya .
Dewan juri pun memberikan apresiasi tinggi terhadap performanya: “It's not often that a comedic performance is awarded...” Sebuah pengakuan yang jarang diberikan pada peran genre komedi .
Kristo: Serius tapi Tidak Serius
Kristo, yang menerima penghargaan Best Film, menyampaikan harapannya untuk semakin banyak film yang mengangkat tema neurodivergence dan kesepian. Baginya, humor menjadi medium paling manusiawi untuk membahas topik yang berat. “Semoga aku bisa terus membuat film yang membahas sesuatu yang serius dengan cara yang tidak serius,” ungkapnya .
Film tentang Validasi dan Penerimaan
“Tinggal Meninggal” menampilkan kisah Gema, lelaki canggung yang merasa dicintai hanya ketika ia mengalami kehilangan. Perjalanan emosional inilah yang membuat film tersebut dekat dengan banyak penonton. Cerita yang absurd, namun relevan dengan realitas sosial, menjadikan film ini mudah diingat sekaligus sulit dilupakan.
Film ini tidak hanya membuat penonton tertawa, tetapi juga mengajak mereka menelusuri luka-luka kecil yang sering disembunyikan.
Kontributor: Sarah Limbeng
Penulis: Permadani T.
Editor: Permadani T.
