Musikal Sri Asih 1989 Re-Run Digelar 28–29 November di Gedung Juang 45 Sukabumi
Sri Asih 1989 kembali bernapas di Gedung Juang 45. Bukan sekadar musikal—ini adalah rumah, kenangan, dan keberanian yang memanggilmu pulang.
EVENT


Sukabumi, Fasamedia — Pertunjukan musikal Sri Asih 1989 resmi kembali dipentaskan pada akhir November 2025. Agenda ini menjadi momen penting bagi pecinta seni pertunjukan panggung yang ingin menyaksikan karya lokal Sukabumi yang kembali hidup. Pementasan akan berlangsung di Gedung Juang 45 Kota Sukabumi, pukul 19.30 WIB, pada 28 dan 29 November 2025.
Dalam materi resmi, Sri Asih 1989 digambarkan sebagai karya yang menggabungkan suara, kenangan, serta keberanian. “Di balik dinding Gedung Juang 45, suara, kenangan, dan keberanian hidup lagi.” Kalimat tersebut menegaskan atmosfer historis yang dihadirkan dalam pertunjukan, mengajak penonton pulang ke titik di mana kisahnya berasal.
Tak hanya menawarkan musikal yang penuh koreografi dan karya musik, Sri Asih 1989 menampilkan sisi emosional yang kuat. “Ini bukan sekadar musikal. Ini adalah warisan — kisah yang tumbuh dari tanah Sukabumi, dituturkan ulang oleh generasi yang menolak lupa.” Penggalan ini menggarisbawahi nilai budaya yang ingin dihidupkan kembali melalui panggung seni.
Pertunjukan re-run kali ini menghadirkan konsep yang lebih intim. Pihak penyelenggara menuliskan, “Lebih dekat, lebih intim, lebih jujur dari sebelumnya.” Pendekatan ini diharapkan memberi ruang bagi penonton untuk merasakan narasi yang mengalir dari panggung ke batin mereka.
Jadwal & Pemesanan Tiket
- 28 November 2025 — 19.30 WIB
- 29 November 2025 — 19.30 WIB
Lokasi: Gedung Juang 45 Kota Sukabumi
Link pemesanan tiket tercantum dalam rilis resmi penyelenggara (klik di sini). Calon penonton dapat memperoleh akses langsung untuk memilih tanggal pertunjukan.
Sri Asih 1989 bukan hanya pergelaran ulang, melainkan ajakan untuk kembali ke rumah. “Sri Asih 1989 bukan hanya pertunjukan… tapi rumah yang sedang memanggilmu pulang.” Ajakan ini menjadi penutup rilis yang penuh sentuhan emosional, menggambarkan kedekatan karya tersebut dengan identitas Sukabumi dan mereka yang tumbuh di dalamnya.
Kontributor: Sarah Limbeng
Editor: Permadani T.
