Suka Duka Tawa: Ketika Kamu Belajar Menertawakan Luka yang Pernah Menyakitimu

Film “Suka Duka Tawa” mengajak kamu berdamai dengan luka masa kecil melalui tawa. Sebuah kisah hangat tentang keluarga, cinta, dan proses healing.

FILM

Redaksi Fasamedia

11/9/20253 min read

Fasamedia — Ada kalanya, kamu menertawakan hal-hal yang sebenarnya pernah membuatmu menangis. Bukan karena kamu pura-pura kuat, tapi karena kamu akhirnya belajar berdamai dengan rasa sakit itu. Itulah perasaan yang akan kamu rasakan saat menyaksikan teaser official film “Suka Duka Tawa”, karya terbaru dari Aco Tenriyagelli.

Dibintangi oleh Rachel Amanda, film ini tidak hanya menyuguhkan komedi yang menghibur, tetapi juga menyentuh sisi terdalam dari diri kamu—bagian yang mungkin masih menyimpan luka dari hubungan keluarga, terutama dengan orangtua.

Sejak teaser-nya dirilis, “Suka Duka Tawa” sudah terasa seperti pelukan hangat. Tidak berlebihan jika film ini disebut sebagai ruang aman untuk kamu yang sedang belajar menerima, memaafkan, dan tumbuh dari masa lalu.

Karena Kadang, Cara Kita Bertahan Adalah dengan Menertawakan Luka

Dalam film ini, Rachel Amanda berperan sebagai Tawa, seorang stand-up comedian yang sedang merintis karier. Di panggung, ia berusaha membuat orang tertawa dengan materi komedinya. Namun, saat penonton tidak merespons, Tawa mengambil langkah yang lebih jujur—ia membawa kisah pribadinya ke atas panggung.

Kamu mungkin pernah merasakannya juga: ketika menceritakan pengalaman paling sakit dalam hidup, lalu orang lain justru tertawa. Bukan menertawakan dirimu, tapi menertawakan betapa manusiawi dan relate-nya luka yang kamu bagi.

Tawa tumbuh tanpa sosok ayah. Keset (diperankan oleh Teuku Rifnu Wikana) meninggalkannya saat kecil, dan ia hanya dibesarkan oleh sang ibu (diperankan Marissa Anita). Luka itu lama ia simpan, hingga suatu hari ayahnya kembali ketika ia sudah dewasa.

Jika kamu pernah mengalami hubungan keluarga yang renggang, kamu tahu rasanya: ada rindu, marah, kecewa, tapi juga harapan kecil yang diam-diam kamu pelihara.

Saat Kehidupan Menguji Ikatan dengan Orang yang Seharusnya Terdekat

Sutradara Aco Tenriyagelli membangun cerita ini dari keresahan yang sangat personal—dan kamu mungkin akan melihat diri kamu di dalamnya.

“Saya selalu tertarik dengan relasi manusia, terutama relasi orangtua dan anak… Tawa berusaha mengobati duka dan lukanya dengan komedi untuk menjadi sesuatu yang lebih bermakna,” ungkap Aco.

Film ini tidak hanya bercerita tentang pertemuan kembali antara anak dan ayah. Lebih dari itu, film ini mengajak kamu merasakan bagaimana dua generasi mencoba memahami satu sama lain, setelah kehadiran, ketidakhadiran, dan luka menjadi jarak panjang di antara mereka.

“Film ini membawa keresahan saya tentang sulitnya komunikasi antara orangtua dan anak yang berbeda generasi,” tambah Aco. Dan kamu tahu? Banyak dari kita tumbuh dalam keluarga yang hangat, tapi tidak selalu dekat. Ada cinta, tapi sering tanpa kata.

Didukung Oleh Para Sosok dengan Energi Hangat dan Jenaka

Kisah Tawa tidak ia jalani sendirian. Dalam teaser, kamu juga akan melihat dukungan teman-teman Tawa, baik di panggung maupun di kehidupan pribadi. Film ini terasa hidup dengan hadirnya nama-nama seperti Bintang Emon, Arif Brata, Gilang Bhaskara, Enzy Storia, dan para komika yang sudah sangat dekat dengan dunia stand-up comedy Indonesia.

Sebagai produser, Tersi Eva Ranti menyampaikan bahwa film ini memberi ruang luas bagi Aco untuk mengekspresikan diri. “Bagi kami, kisah ini relevan tentang relasi ayah dan anak perempuan. Film ini terasa lucu namun juga menyentuh,” ucapnya. Dan kamu akan merasakannya sejak menit pertama teaser terputar—bahwa tawa dan air mata punya ruang yang sama pentingnya di film ini.

“Suka Duka Tawa” adalah Rumah untuk Kamu yang Sedang Belajar Menerima Diri

Aco mempersembahkan film ini sebagai bentuk penghormatan pada perjalanan healing setiap orang. “Saya berharap penonton bisa memiliki harapan baru dengan hidupnya… Film ini berbicara banyak tentang luka dan menertawakan luka,” ungkapnya.

Ketika kamu menonton film ini, kamu tidak hanya akan melihat cerita Tawa. Kamu akan melihat bagian dirimu—bagian yang masih butuh pelukan, tapi sudah cukup berani untuk tersenyum lagi.

“Ketika hidup tidak menyenangkan baginya, ditertawakan saja,” kata Rachel Amanda. Bukan untuk meremehkan rasa sakit, tapi karena kamu pantas merasakan ringan setelah lama memikul beban sendirian.

Untuk Kamu yang Sedang Pelan-Pelan Pulang Pada Diri Sendiri

“Suka Duka Tawa” dijadwalkan menjadi closing film JAFF 20 pada 6 Desember 2025. Sebuah kehormatan besar yang juga menjadi momen sentimental bagi Aco, yang tumbuh bersama festival ini. Dan kamu bisa merasakan energi itu—sebuah proyek yang dibuat dari hati, untuk hati.

Film ini mengajak kamu untuk pelan-pelan memeluk versi kamu yang pernah terluka. Bahwa kamu boleh kok merasa sakit. Kamu boleh menangis. Tapi ketika sudah siap, kamu juga boleh tertawa—bahkan pada hal yang pernah menyakitimu.

Jika kamu sedang belajar berdamai dengan masa lalu, “Suka Duka Tawa” mungkin akan jadi film yang menemani perjalananmu. Ikuti kabar terbarunya di Instagram @sukadukatawafilm, dan nantikan penayangannya segera di bioskop seluruh Indonesia. Siapa tahu, film ini adalah tawa pertama yang kamu butuhkan setelah sekian lama memendam luka.

Kontributor: Sarah Limbeng

Editor: Permadani T.