Tinggal Meninggal: Komedi Gelap yang Bikin Kamu Bertanya, ‘Aku Waras Nggak, Ya?’
Bagaimana kalau liang kubur justru jadi tempat paling absurd untuk menertawakan hidup? Tinggal Meninggal tayang 14 Agustus 2025 — siap-siap tertawa di tempat yang (katanya) nggak boleh!
FILM


Jakarta - Ada hal-hal yang terlalu tabu untuk ditertawakan. Kematian, misalnya. Tapi bagaimana jika justru dari liang kubur, kita diajak menertawakan absurditas hidup yang sering kita anggap serius?
Sebuah poster muncul, mengundang tanya. Seorang pria berdiri dengan senyum lebar, dikelilingi karakter-karakter lain yang... terjebak di liang kubur. Tapi bukan tanah yang mengubur mereka, melainkan tumpukan kardus. Aneh? Jelas. Tapi justru di sinilah letak keunikan debut film panjang Kristo Immanuel yang berjudul "Tinggal Meninggal", siap tayang 14 Agustus 2025 mendatang.
“Tinggal Meninggal adalah karya yang paling menggambarkan selera jahil saya. Tapi di balik kejahilan itu, saya juga ingin mengajak penonton berpikir tentang empati, dampak atensi, dan absurditas hidup kita sendiri,” ujar Kristo, sang sutradara, dalam sebuah pernyataan yang terdengar seperti sindiran halus untuk dunia yang terlalu sibuk berpura-pura.
Bersama Imajinari, rumah produksi yang tak pernah kehabisan ide gila, Kristo tak hanya menggarap filmnya dengan penuh semangat jahil, tapi juga dengan strategi promosi yang bikin penasaran. Poster utamanya tak muncul begitu saja. Ia dibagi menjadi sembilan potongan, disebar ke sembilan akun media sosial berbeda—dari TikTok, X (Twitter), hingga Instagram.
Gimmick ini tak hanya menciptakan rasa ingin tahu, tapi juga menjadikan penonton sebagai detektif dadakan yang berlomba mengumpulkan potongan demi potongan demi mendapatkan merchandise resmi film.
Film ini digarap bersama penulis Jessica Tjiu, dan diproduseri oleh Dipa Andika serta Ernest Prakasa—nama-nama yang sudah lekat dengan kualitas. Dibintangi oleh jajaran aktor lintas genre seperti Omara Esteghlal, Mawar De Jongh, Muhadkly Acho, Ardit Erwandha, hingga Nirina Zubir, film ini menjanjikan sesuatu yang lebih dari sekadar tawa.
Karena "Tinggal Meninggal" bukan cuma film komedi. Ia adalah komentar sosial. Tentang bagaimana kita mencari perhatian, tentang kemunafikan yang dibungkus rapi, dan tentang kenyataan bahwa terkadang, yang mati bukan hanya jasad—tapi juga nurani.
Tak heran jika proyek ini bahkan sudah menarik perhatian internasional. Barunson E&A, rumah produksi Korea Selatan di balik film pemenang Oscar Parasite, telah resmi memegang hak kerja sama internasional untuk remake "Tinggal Meninggal".
Artinya, absurditas lokal ini punya gaung global. Siapa sangka, sebuah ide jahil bisa menembus batas negara? Film ini seperti cermin—agak retak, tapi justru di situlah kita bisa melihat refleksi diri yang paling jujur.
Jadi, kalau kamu siap menertawakan hal-hal yang biasanya kamu hindari, dan menghadapinya dengan cara yang lebih santai tapi tetap menggugah, "Tinggal Meninggal" mungkin akan jadi film yang kamu butuhkan—bukan untuk melupakan realita, tapi untuk menertawakannya, sekali saja.
Bersiaplah! Agustus nanti, liang kubur datang... membawa tawa.
Editor: Permadani T.